Mejeng di Layar Lebar dengan Strategi In-film Advertising

In-film advertising atau product placement adalah strategi periklanan yang memanfaatkan media film sebagai tempatnya untuk mempromosikan produkmu. Simak detail soal in-film advertising di sini!

, , , , , , ,

By.

min read

Strategi In-film Advertising untuk Mejeng di Layar Lebar - Nanas Today

Iklan sepertinya seringkali menjadi musuh penontonnya ya, sobat. Apalagi ketika iklan yang sama dan membosankan diulang berkali-kali. Rasanya ingin skip biar langsung bisa nonton acara yang sedang ditunggu-tunggu!

Kalau begini caranya, bisa gawat dong ya. Merek yang ingin pasang iklan untuk menarik audiens malah jadi mendapat citra yang buruk dari penontonnya.

Mungkin untuk menghindari hal yang tidak diinginkan seperti itu, beberapa merek jadi memilih untuk melancarkan strategi in-film advertising atau product placement. Apakah itu?

Iklan tersembunyi dengan menyelipkan produk dalam film

Beda dengan iklan pada umumnya, sebuah perusahaan membayar untuk produk mereka masuk di dalam film atau acara TV. Dalam eksekusinya, produk akan ditampilkan secara natural, memberikan kesan soft selling.

“Memangnya kalau iklannya begitu bisa ada hasilnya, Nas?” Eits, jangan salah.

Menurut riset dari JJMR, in-film advertising atau product placement membuat sebanyak 57,5% audiens lebih mudah mengenali merek yang diiklankan di acara TV atau media lainnya.

Makanya, strategi ini sangat cocok untuk menumbuhkan brand awareness dan brand recognition. Strategi ini juga bisa meningkatkan viewing experience audiens.

Jenis-jenis penempatan iklan

Agar peletakan iklan di acara TV tidak terlihat terlalu mencolok, ada tiga jenis cara yang umumnya dilakukan. Ketiga jenis tersebut adalah screen placement, script placement, dan plot placement.

Screen placement adalah jenis yang paling sering digunakan. Pada screen placement, produk yang diiklankan hanya dimunculkan pada latar depan atau latar belakang bidikan kamera. Pemain tidak akan menyebutkan atau berinteraksi dengan produk tersebut.

Sekilas, strategi ini mungkin terkesan kurang efektif. Tapi, produk bisa mendapat screen time yang cukup banyak dan tetap terlihat natural dengan cara ini.

Pada jenis kedua, script placement, barulah pemain berinteraksi dengan produk yang diiklankan. Interaksi antara pemain dan produk bisa berupa monolog ataupun dialog dengan pemain lainnya. Meskipun begitu, cara ini sering kali masih bisa dieksekusi dengan halus.

Untuk peletakan produk di jenis ketiga, plot placement, lebih sering digunakan oleh brand ternama. Hal ini dikarenakan pada plot placement, produk yang diiklankan akan menjadi bagian cerita tersebut. Produk bisa saja dikaitkan dengan cerita atau salah satu karakter dalam film atau acara TV.

Oleh karena itu, impact yang dihasilkan dari peletakan iklan jenis plot placement juga besar.

In-film advertising atau product placement: praktik strategi di kehidupan riil

Contoh in-film advertising atau product placement yang tepat adalah kehadiran Kopiko di beberapa drama Korea terkenal.

Kopiko bisa dibilang berani untuk menitipkan produk mereka pada drama Korea yang kala itu lumayan diperbincangkan. Tentunya, kita sudah bisa bayangkan kalau biaya yang dikeluarkan tidak sedikit.

In-film advertising atau product placement permen Kopiko ini memang lumayan membantu untuk menumbuhkan brand awareness mereka di Negeri Ginseng sana. Terlebih lagi, Kopiko memang sedang berusaha untuk melebarkan sayap ke pasar internasional.

Di saat yang bersamaan, kemunculan permen kopi ini di drama Korea yang dibintangi artis ternama juga membuat riuh penonton Indonesia. Sehingga, pemasangan iklan tersebut juga meningkatkan brand recognition.

Strategi in-film advertising atau product placement juga sudah mulai diaplikasikan di kampung halaman kita, sobat. Di sinetron yang paling top di negara kita saat ini, Ikatan Cinta, misalnya.

Sinetron yang tayang di RCTI ini merupakan sinetron dengan pendapatan iklan yang paling tinggi di Indonesia sekarang. Memang, enggak sedikit produk yang diiklankan sinetron ini ya, sobat. Mulai dari mie instan, cemilan, sampai minuman sachet ada.

Terkait hasil iklan yang ditawarkan sinetron ini, praktisi periklanan Janoe Arijanto yang merangkap CEO Dentsu One dan Ketua Umum P3I (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia), mengatakan bahwa semuanya tetap tergantung jenis brand dan objektif kampanye merek tertentu.

“Kalau karakter sebuah sinetron itu cocok dan sebuah brand yang ingin membangun awareness mainstream, bisa efektif. Meskipun, masih banyak faktor-faktor lain dalam efektivitas sebuah iklan dalam sebuah program,” lanjut Janoe, dilansir dari Mix.

Kalau menurut kalian gimana, sobat? Apakah in-film advertising atau product placement lebih menarik? Atau malah iklan di penempatan biasa lebih mudah menempel di ingatan kalian?

Crazy photo created by master1305 – www.freepik.com