Setelah sebelumnya Nanas kasih tahu gimana caranya bikin konten media sosial dan contoh studi kasus konten media sosial untuk toko roti, kali ini Nanas mau bagiin serba-serbi seputar brand storytelling nih. Selain karena enggak kerasa sebentar lagi sudah mau bulan Ramadan lagi, di televisi sudah ada iklan sirup Marjam bermunculan! Kalau kata netizen sih, kemunculan iklan sirup Marjam di TV memang berbanding lurus dengan munculnya hilal. Memang ya, sirup Marjam ini lekat banget kaitannya sama bulan Ramadan. Selain kehadirannya yang hampir enggak pernah absen dari hampers dan parsel Lebaran, memang brand storytelling sirup Marjam ini patut diacungi jempol.
Eh? Apa tuh brand storytelling, Nas?
Brand storytelling adalah salah satu strategi marketing untuk menghubungkan suatu brand dengan konsumen melalui ikatan emosional. Untuk membentuk ikatan emosional yang erat dengan konsumen, kita pakai narasi yang bisa menyentuh hati mereka. Dengan kekuatan narasi, kita bisa menggugah emosi konsumen untuk membeli produk yang kita jual. Begitu kira-kira, sobat!
Selain iklan sirup Marjam, iklan toko serba ada terkondang, Ramajana, juga jadi salah satu contoh pengaplikasian brand storytelling yang sukses. Kamu pasti juga kebayang-bayang terus sama nada “kerja lembur bagai kuda‘~” sehabis iklannya muncul di TV? Belum lagi cerita tokoh utama di iklan Ramajana yang juga relate banget sama kehidupan kita.
Tentunya tidak hanya brand lokal aja yang sukses pake strategi ini untuk marketing. Brand-brand gede semacam Apple, Samsung dan Nike juga termasuk beberapa contoh yang sering dibicarain khalayak.
“Sengefek itu ya ternyata, Nas, strategi brand storytelling tuh?”
O, tentu saja! Brand storytelling ini bisa banget kita aplikasikan untuk mengenalkan brand kita ke konsumen baru. Terlebih lagi, iklan yang beda dari lainnya pastinya bisa bikin jualan kamu menonjol dan unforgettable. Kepikiran mulu bawaannya, kaya mantan terindah. Jiakh!
Enggak cuma itu, strategi storytelling juga cocok untuk brand lawas yang ingin mempertahankan pelanggan setia mereka. Cerita yang relatable atau mungkin dongeng tentang jualan kita bisa bikin audience jadi lebih mudah untuk larut dalam cerita. Hal ini tentu jadi kunci sukses untuk mendekatkan ikatan emosional antara brand dan pelanggan. Plus, narasi yang dibuat se-relatable mungkin akan membuat kepercayaan pelanggan ke brand kita jadi lebih terbangun. Mantap, bukan?
“Wah, boleh juga nih, Nas. Aku juga mau gas pol bikin buat jualanku deh!“
Eits, sebelum itu, pastiin kamu tahu beberapa elemen yang harus diperhatikan ketika mau pake strategi ini. Enggak banyak, kok!
Pertama dan yang paling penting, bikin cerita yang mudah dipahami khalayak. Yaiyalah. Kalau belum ada yang paham, gimana mau menyentuh hati calon pelanggan-pelanggan kita? Lebih bagus lagi kalau cerita yang kita pake itu everlasting, alias bisa diceritakan ulang.
Kedua, tidak boleh dan haram hukumnya untuk hard selling! Jangan maksa jualan ya, sobat Nanas tersayang. Ingat, kita maunya membentuk ikatan batin. Makanya, usahakan pakai cerita yang relatable, natural, dan enggak dibuat-buat.
Terakhir, planning konten yang menarik. Kamu bisa pake cerita yang relatable, bisa juga pake cerita yang sesuai buat calon pelangganmu, and just go mad with your creativity. Semua genre bisa saja masuk, asalkan tetap diingat dua poin pertama tadi ya!
Nah, kalau kamu enggak sempat atau sudah pusing duluan kalau harus mikirin strategi storytelling yang cocok buat jualanmu, coba konsul ke Nanas saja! Nanas bisa loh kasih kamu beberapa opsi strategi dan konsep brand storytelling yang cocok dan lebih nembak ke target market jualanmu. So, sudahkah kamu berjualan dengan strategi brand storytelling?
Leave a Reply